Belakangan ini marak teori-teori tentang kecerdasan, yang pada intinya menolak 'tradisi' bahwa soal kecerdasan hanyalah masalah IQ belaka. Kecerdasan ternyata beragam sifatnya. Yang terkenal di antaranya adalah kecerdasan emosional seperti yang dipopulerkan Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence ....
Kita juga mendengar berbagai jenis kecerdasan lain, di antaranya adalah kecerdasan spiritual, finansial, dan sebagainya. Yang juga tak kalah penting adalah kecerdasan kreatif, seperti dikemukakan Tony Buzan dalam bukunya, Head First ...
Buzan menganggap bahwa kecerdasan kreatif yang dikembangkan seniman terkenal Leonardo da Vinci sebagai kecerdasan yang paling top. Uniknya, kecerdasan ini - seperti halnya kecerdasan lain - bisa dikembangkan dan ditiru oleh siapa pun kita, manusia biasa. Sebenarnya, kecerdasan kreatif terdiri dari berbagai unsur, yaitu kelancaran - kecepatan dan keringanan meluncurkan ide-ide baru dan kreatif, fleksibilitas - kemampuan untuk memandang segala hal dari aneka sudut yang berbeda, serta keaslian - yang merupakan jantung dari pemikiran kreatif, karena menunjukkan kemampuan seseorang untuk memproduksi ide-ide yang unik, tidak biasa, dan 'eksentrik'. Unsur terakhir adalah perluasan ide, atau kemampuan para pemikir untuk membangun, mengembangkan, merenda, dan mengerjakannya dengan teliti.
Si jenius kreatif, Leonardo da Vinci, yakin bahwa ada empat hal penting yang perlu dilakukan orang untuk menciptakan otak yang kreatif, yaitu:
1.Mengembangkan indera
2. Mempelajari seni dari ilmu pengetahuan ilmiah (science)
3. Mempelajari keilmiahan seni
4. Menyadari bahwa dalam berbagai hal, suatu hal selalu berhubungan dengan hal lain
1. Mengembangkan indera
Menurut Leonardo, kreativitas bisa dikembangkan dengan melatih pancaindera, bahkan juga indra keenam. Indera manusia bisa jadi jutaan kali lebih cerdas ketimbang yang pernah kita pikirkan, kalau kita sempat mengembangkannya.
2. Mempelajari seni dari science
Sungguh menarik karena Leonardo tak hanya menganjurkan kita untuk 'mempelajari science', melainkan 'mempelajari seni dari science'. Sepertinya, ia ingin mengungkapkan bahwa science tidaklah membosankan, datar, nerdy, ataupun membosankan. Bagaimanapun, ilmu pengetahuan ilmiah juga melibatkan cara-cara berpikir dengan otak kanan, yang notabene lebih terfokus pada imajinasi, spasial, irama, warna, dan bentuk. Mereka yang sudah membaca Supernova karya Dewi Lestari mungkin sudah menyadari hal ini.
3. Mempelajari keilmiahan seni
Seni bukanlah 'sekadarnya', bukanlah cuma sesuatu yang 'halus lembut', ataupun hanya bentuk emosional dari ekspresi seseorang. Di dalam seni, terkandung ilmu pengetahuan yang tinggi.
4. Suatu hal selalu terkait dengan hal lain
Segala sesuatu tidaklah seperti hanya seperti itu. Leonardo menyadari - 400 tahun sebelum psikolog ternama Amerika William James sadar bahwa struktur, formasi, dan perkembangan pemikiran manusia amatlah mengagumkan - bahwa otak bukan sekadar mesin yang mengasosiasikan sesuatu, melainkan merupakan kumpulan mesin yang punya kapasitas tak terbatas. Kalau seseorang sudah menyadarinya, pemikiran ini akan mengubah secara drastis tentang cara berpikir, entah itu memikirkan diri sendiri maupun orang lain, serta bagaimana seseorang memikirkan alam dan potensinya untuk kecerdasan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar