Total Tayangan Halaman

Jumat, 29 Oktober 2010

Kontroversi Injil kuno yang terpecahkan

            Sebuah dokumen yang mengkonfirmasikan bahwa Codex Sinaiticus, sebuah naskah Injil Yunani kuno tulisan tangan, merupakan milik perpustakaan Inggris, ditemukan dalam arsip Kementerian Luar Negeri Rusia.
Kesepakatan tersebut ditandatangani pada tahun 1989 oleh uskup besar Biara Saint Catherine, di kaki gunung Sinai, dengan perwakilan dari kekaisaran Rusia (Uni Soviet).
Dalam dokumen tersebut, uskup besar Sinai, Kallistrat, yang bertindak atas nama biara, mengkonfirmasikan bahwa naskah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dari perpustakaan biara telah diserahkan secara resmi kepada kekaisaran Rusia. Pihak biara menerima bayaran 9.000 rubel atas penjualan naskah tersebut.
Pada tahun 1933, Stalin menjual Injil yang ditulis pada abad ke-4 Masehi dalam huruf uncial (huruf cetak besar yang khusus dipergunakan dalam penulisan naskah-naskah Yunani dan Latin) tersebut kepada perpustakaan Museum Inggris dengan harga £100.000.
Satu bulan berselang setelah berpindah tangan ke London, Biara Saint Catherine kemudian mengklaim sebagai satu-satunya pemilik sah naskah tersebut. Menurut klaim pihak biara, naskah tersebut diambil alih dari perpustakaan mereka melalui penipuan.
Hingga baru-baru ini, para biarawan berhenti mengklaim sebagai pemilik naskah kuno tersebut. Namun pihak biara masih terus "berduka atas kehilangan" naskah kitab tersebut.
Kini, ketika proses alih tangan Codex Sinaiticus dari biara kepada kekaisaran Rusia telah dapat dibuktikan keabsahannya, maka tidak diragukan lagi bahwa Perpustakaan Inggris menjadi pemilik dari Alkitab kuno tersebut.
Dokumen tersebut mengkonfirmasikan bahwa bukti pembelian Codex Sinaiticus oleh kekaisaran Rusia telah ditemukan kembali oleh seorang karyawan Perpustakaan Nasional Rusia kala tengah menelusuri cerita mengenai naskah tersebut dan mengakses arsip Kementerian Luar Negeri Rusia.
Pada bulan Mei 1975, dalam sebuah upaya restorasi. Para biarawan Saint Catherine di Sinai menemukan sebuah ruangan di bawah kapel Saint George yang berisikan banyak pecahan perkamen. Diantara perkamen-perkamen tersebut, tiga halaman yang hilang dari Sinaiticus ditemukan.
Teks Sinaiticus (yang ditulis di empat kolom halaman tersebut) berisi sejumlah bacaan yang mengandung kesalahan penyalinan teks, kemungkinan disebabkan oleh kecerobohan dalam melakukan penghapusan. Dan dari sana, teks tersebut menjadi mirip dengan Codex Vaticanus. Penemuan Sinaiticus mengindikasikan bahwa sumber dari kedua Codex tersebut sama.
Dalam Codex Sinaiticus terdapat Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Perjanjian Baru terdiri dari empat buku, kisah, dan surat Katolik dan Pauline (termasuk dalam bahasa Ibrani), wahyu, Surat Barnabas, dan Gembala Hermas.
Total terdapat 346,5 halaman, dimana 199 diantaranya berasal dari Kitab Perjanjian Lama (termasuk kitab-kitab Apokrifa) dan 147,5 halaman merupakan bagian dari Kitab Perjanjian Baru (termasuk Surat Barnabas dan Gembala Hermas). Kata-kata yang ada ditulis secara berkelanjutan tanpa terpisah. Tidak ada jeda dan penekanan.
Namun, ada banyak bagian Kitab Perjanjian Baru yang hilang dalam codex tersebut. Codex tersebut kemungkinan dibuat oleh tiga orang penulis, yang umumnya disebut A, B, dan D. A menulis keseluruhan Kitab Perjanjian Baru, kecuali enam halaman, dan sebagian kecil dari satu halaman, yang tampaknya disalin oleh D. Tampaknya ada sembilan orang korektor, mulai dari abad keempat hingga abad ke-12, yang telah mengoreksi naskah tersebut.
Injil Matius 16:2 dihilangkan. Injil Markus hanya berakhir pada 16:8 (Markus 16:9-20 menyebutkan kebangkitan kenaikan Yesus), Lukas 22:43 disebut sebagai ayat palsu oleh korektor pertama. Namun hal itu dihapuskan oleh korektor ketiga. Yohanes 5:4 dan Pericope de adultera dihapuskan. Doksologi Roma disebutkan setelah 16:23, ayat 24 dihapuskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar